Dadang rukmana biography of rory davis
Thoreau Rory Tooke, urban planning,energy policy,gis,remote sensing,lidar.
Dadang Rukmana, yang akrab dipanggil Dadang adalah seorang seniman rupa kelahiran Bandung, Jawa Barat, 10 Oktober Bandung merupakan salah satu kota yang menjadi pusat seni rupa modern di Indonesia. Kota ini menjadi tempat permukiman para seniman, budayawan, hingga saintis, sejak adanya tempat pemusatan dan pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
Barli merupakan salah seorang seniman rupa modern Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan di Eropa, tepatnya di Francis dan Belanda, ia menerapkan sistem pendidikan seni rupa barat di sanggar seninya, salah satu tempat ia mengajar kesenian. Ilmu pengetahuan, teori dan praktik yang diajarkan Barli di Studio Pendidikan Seni Rupa Rangga Gempol sangat berpengaruh kepada Dadang sebagai pijakan awal stimulasi estetikanya dikemudian hari.
Three decades of authoritarian rule in Indonesia came to a sudden end in The collapse of the Soeharto regime was a.
Namun masa itu sangatlah singkat, tidak berselang lama setelah Dadang menyelesaikan proses belajarnya di Bandung, hasrat yang tinggi untuk memperdalam pengetahuan seni lukis mengantarnya menyeberangi pulau Jawa menuju Ubud, Bali, untuk memulai meniti karir sepenuhnya di dunia seni rupa. Pada tahun ia pindah dan menetap di Kota Malang, Jawa Timur, hingga sekarang.
Sejak kecil Dadang memiliki ketertarikan terhadap seni. Pada usianya yang masih belia ia sudah tertarik dengan aktivitas menggambar, dan bercita-cita ingin menjadi seorang seniman. Perjuangan Dadang semasa awal menempuh perjalanan berkeseniannya di tahun menjadi bekal yang baik dalam meraih keberhasilan di kemudian hari. Dalam banyak hal, proses kreatif dan berkesenian Dadang tidak sepenuhnya diperoleh dari pendidikan formal, melainkan dari sebuah perjalanan dan pengalamannya dalam mengarungi dunia seni rupa.
Spirit, Konsistensi, serta intensitasnya dalam berkarya, bagaikan alat transportasi yang telah mengantarkan Dadang menuju kematangannya menjadi seorang perupa. Ketika di usianya yang masih muda, kurang lebih 13 tahun, dimana pada masa itu ia duduk di kelas 2 SMP di Malang, Dadang tidak menyelesaikan masa pendidikan formalnya, karena lebih tertarik pada bidang seni.
Pada saat itu Dadang mencoba menghitung dan merunut waktu, memperkirakan butuh waktu berapa lama untuk bisa sampai kepada cita-cita yang diimpikannya sejak kecil. Dadang kecil telah dihadapkan pada sebuah belenggu, terbelenggu diantara cita-cita dan formalisme pendidikan bagi sebuah proses pertumbuhan di masa awal studinya.